Jumat, 09 November 2012

ALAT MENGOLAH SAMPAH ORGANIK&ANORGANIK MENJADI BRIKET ( I-STEP di IPB BOGOR 2012)



BAB I
PENDAHULUAN
           
1.1  Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Sejalan dengan peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap volume sampah. Misalnya saja, kota Pekanbaru mengalami peningkatan sampah 3 ton/tahun mulai tahun 2010-2012 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru).
Berdasarkan lahan yang disediakan oleh pemerintah kota Pekanbaru sebagai tempat akhir pembuangan sampah yaitu seluas 9,7 ha. Luas yang tersedia tidak mencukupi untuk menampung peningkatan volume sampah, sehingga pemerintah kota terpaksa harus membuka lahan baru untuk tempat penampungan akhir sampah (TPA). Dan ini merupakan pekerjaan berat bagi pemerintah kota karena menyangkut pembebasan lahan.
Pada umumnya, sebagian sampah yang dihasilkan di Pekanbaru merupakan sampah organik sebesar 60-70 % yang mudah terurai. Sampah organik akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan terbentuk lindi (air sampah) Yang akan mencemari sumber daya air baik air tanah maupun permukaan sehingga mungkin saja sumur-sumur penduduk di sekitarnya ikut tercemar. Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit penyakit pathogen seperti : tipus, dan hepatitis. Selain itu ada kemungkinan lindi mengandung logam berat, yang merupakan bahan beracun. Jika sampah-sampah tersebut tidak diolah, maka menghasilkan tinggkat pencemaran lingkungan yang tinggi.
     Dengan bertambahnya sampah ini, selain memberi kesan negatif seperti yang di uraiakan di atas, ia akan memberi nilai positf apabila dilakukan pengolahan terhadap sampah tersebut.  Dengan berpotensinya sampah untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, hal ini lah yang mendorong peneliti mengemukakan sebuah ide pengolahan sampah untuk dijadikan bahan bakar yang disebut dengan briket organik. Penggunaan briket oleh masyarakat akan mengurangi konsumsi terhadap bahan bakar fosil, karena kita tahu bahwa bahan bakar fosil merupakan energi yang dapat menimbulkan efek rumah kaca yang juga mengakibatkan global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon dan bahan bakar posil ini ia akan habis  pada waktu tertentu dan tidak dapat diperbaharui. Peneliti merancang tiga jenis  teknologi untuk pengolahan samaph organik menjadi briket, yaitu :
1.)    Tekhnologi penghancuran sampah menjadi butiran halus. Teknnologi ini dirancang dengan pengguna konsep pencacahan dan penghalusan dengan menggunakan screw dan roller, screw dan roller di gerakan  menggunakan motor listrik yang energinya  berasal dari panel surya, sehingga teknologi ini ramah lingkungan. Kapasitas alat ini mamapu menghancurkan samaph organic sebanyak 4000 kg perhari.
2.)    Tekhnologi pengeringan butiran dan tekhnologi pemadatan untuk menghasilkan produk briket. Ketiga tekhnologi yang dirancang ini menggunakan energi surya baik untuk proses penghacuran, pengeringan dan pemadatan.  Sehingga teknologi ini merupakan tekhnologi ramah lingkungan.
Teknologi pengeringan yang dapt mengeringkan 5,4 m3 butiran halus sampah dalam satu hari. Teknologi ini adalah teknologi ramah lingkungan yang menggunakan konsep pengeringan tenaga surya dengan luas  area pengeringan 150 cm x 75 cm.
Dengan proposal ini dijangkakan permsalahan-permasalahan sampah dan mengatasi krisis energi akan dapat teratasi.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah:
1.      Produksi briket yang berbahan baku dari sampah organic.
2.      Mengurangi permsalahn lahan pembuangan akhir dan pencemaran lingkungan.
3.      Mengurangi penggunaan bahan bakar dari fosil


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sampah
Dalam Undang-undang RI No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah, definisi sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Sampah bisa digolongkan menjadi sampah organik dan anorganik. Sampah anorganik seperti plastik dan logam tidak dapat diolah dengan cara memanfaatkan aktifitas organisme hidup lainnya. Sehingga sampah anorganik juga disebut sebagai non-biodegradable waste. Beberapa jenis sampah yang termasuk organik atau biodegradable waste adalah sisa makanan, tumbuhan, hewan, kertas, dan manure..Sumber sampah yang terbanyak dari pemukiman dan pasar tradisional.Sampah pasar seperti sayur mayur, buah-buahan, ikan, dan lainlain, sebagian besar (95%) berupa sampah organik sehingga lebih mudah untuk ditangani dan bisa diurai oleh mikroba.Sedangkan sampah yang berasal dari pemukiman umumnya sangat beragam, tetapi secara umum minimal 75% terdiri dari sampah organik dan sisanya anorganik (Sudradjat, 2006).
Jenis-jenis sampah organic :
·         Sampah organik basah.
Istilah sampah organik basah dimaksudkan sampah mempunyai kandunganair  yang cukup tinggi. Contohnya kulit buah dan sisa sayuran.
·         Sampah organik kering.
Sementara bahan yang termasuk sampah organik kering adalah bahan organik lain yang kandungan airnya kecil. Contoh sampah organik kering di antaranya kertas, kayu atau ranting pohon, dan dedaunan kering




Ø  Sifat-Sifat Fisika dan Kimia Komponen
·         Briket
Pembriketan adalah salah satu teknologi pemadatan, dimana suatu bahan dikenai tekanan untuk membentuk produk yang mempunyai bulk density lebih tinggi, kandungan air yang lebih rendah, dan keragaman dalam ukuran, dan sifat-sifat bahannya. Ada dua cara untuk menyempurnakan pemadatan dengan atau tanpa pengikat. Pengikat dibutuhkan untuk membuat bahan yang akan dibriketkan menjadi homogen selama proses penekanan. Tanpa pengikat, briket akan remuk menjadi potongan-potongan saat diangkat dari cetakan. Namun, terdapat bahan yang tidak memerlukan binder, yaitu bahan yang pada suhu dan tekanan tinggi dapat bersifat perekat atau pengikatnya sendiri (Holmes dan Mutaqqien, 2007). Mutu briket sebagai bahan bakar dipengaruhi oleh jenis bahan baku dan kadar air briket serta tekanan pengempaan. Pengempaandengan tekanan tinggi tidak selalu menghasilkan mutu briket yang lebih baik, karena briket yang sangat padat justru menurunkan efisiensi pembakaran dan menyulitkan penggunaan. Adapun jenis briket dari limbah pertanian antara lain, briket arang serasah, briket sekam, briket kotoran sapi, dan lain-lain. Briket jenis sampah organik relatif lebih murah dan sederhana. Dalam prosesnya, hanya arang yang berwarna hitam pekat yang diolah karena lebih berkualitas dalam menghasilkan energy
·         Proses Pengolahan Briket
o   Karbonisasi
Karbonisasi merupakan pemanasan suatu material organik pada temperatur relatif lebih tinggi tanpa oksigen yang cukup untuk terbakar (jumlah oksigen dibatasi) untuk menghasilkan arang karbon. Karbonisasi bertujuan untuk melepaskan bahan-bahan yang mudah menguap tanpa menggunakan udara sehingga kandungan karbon semakin besar ( Kartika dan Paramita, 2007)
o   Proses Pirolisis
Pirolisis bukanlah suatu proses pembakaran namun pirolisis dapat diartikan sebagai peristiwa dekomposisi termal dari material organik yang menggunakan panas tanpa adanya oksigen. Pirolisis temperatur tinggi yang hanya menyisakan karbon sebagai residu disebut dengan karbonisasi.Pirolisis merupakan kasus khusus dari thermolysis. Pirolisis dapat dibagi menjadi dua, yaitu
a)               Flash pirolisis
Flash pirolisis ini pada umumnya menghasilkan produk berupa cairan yang dapat digunakan sebagai oil / liquid fuel substitutions.
b)      Slow pirolisis
Proses pirolisis dari material biomassa akan menghasilkan solid char yang dapat digunakan sebagai solid fuel / slury fuel. Pada proses ini material biomassa akan mengalami beberapa tahap perubahan secara fisika dan kimiawi. Perubahan fisika yang terjadi meliputi pelunakan, pengembangan dan pemadatan kembali. Sedangkan proses kimiawinya yaitu perengkahan, depolimerisasi, dan kondensasi. Pada saat pirolisis, energi panas mendorong terjadinya oksidasi sehingga molekul karbon yang kompleks terurai, sebagaian besar menjadi arang atau karbon. Pirolisis untuk pembentukan arang terjadi pada suhu 150 - 300°C dan peristiwa itu disebut pirolisis primer (Kartikadan Paramita, 2007)





·         Analisis Kalor
Nilai kalor adalah jumlah panas yang dipindahkan ketika produk dari pembakaran bahan bakar yang diinginkan hingga mencapai suhu awal dari bahan bakarnya atau udara pembakarnya.Analisis kalor dapat dilakukan dengan menggunakan alat Bomb Calorimeter dan Analizer Orsat.Nilai kalor merupakan salah satu indikator utama dari setiap jenis bahan bakar komersial.
 
 
BAB IIII
METODOLOGI

Penelitian pemanfaatan sampah organik kota menjadi briket (biomass) melalui tiga tahap kegiatan, yaitu:
1.      Penghancuran bahan baku (sampah organic).
2.      Pengeringan terhadap hasil penghancuran sehingga membentuk precursor briket.
3.      Setelah butiran dikeringkan akan dilakukan analisa proksimet untuk mengetahui moisture content, volatile meter dan ash content
4.      Pemadatan terhadap precursor briket untuk memperoleh briket padat dengan nilai kalori tinggi.
5.      Beriket yang telah di padatkan akan dihitung nilai kalor Hengan alat yang bernama bomb kalori meter. Untuk mengetahui polutan yang di hasilkan dari pembakaran dapat diketahui dengan alat uji emisi gas sisa hasil pembakaran.

1.      Penghancuran bahan baku
Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampah pasar maupun sampah rumah tangga yang dikumpulkan oleh dinas kebersihan kota, yang selanjutnya dikumpulkan pada tempat penampungan sampah sementara (TPS). Di tempat ini sampah tersebut dipisahkan antara sampah organic dan sampah anorganik. Sampah organic ini yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan briket. Sementara sampah yang nonorganic akan diangkut ke tempat penampungan akhir (TPA).
Sampah organic seterusnya akan dihancurkan dengan alat pencacah  dengan prinsip kerja menghancurkan sampah dan pengayak untuk menghasilkan serbuk sampah dalam ukuran yang lebih halus dan seragam.



2.      Pengeringan sampah halus membentuk precursor briket
Untuk membentuk sampah halus menjadi precursor briket diperlukan alat pengering sampah (alat pengering tenaga surya), pengeringan sampah yang memanfaatkan panas matahari. Dengan cara memfokuskan panas matahari pada kaca yang berada di atas sampah yang telah hancur (precursor briket). Precursor briket diletakkan di atas penyaring guna mengalirkan kandungan air yang terdapat di dalam sampah yang telah hancur tersebut.



3.      Pemadatan precursor menjadi briket padat
Untuk memadatkan precursor briket menjadi briket padat diperlukan alat pemadat briket. Alat ini memiliki system hidrolik sehingga dapat mempermudah dalam melakukan pemadatan terhadap precursor briket tersebut.
Mutu briket padat yang dihasilkan diantaranya dapat ditentukan oleh kandungan air yang lebih rendah dan besarnya nilai kalor yang dimiliki oleh briket sebagai syarat agar dapat digunakan untuk bahan bakar.
Dengan memanfaatkan sampah organik untuk sumber energi alternatif biogas, komposisi sampah organik padat memiliki nilai kalor yang lebih besar daripada komposisi sampah organic  lainnya yaitu sebesar 173,90 kal/gr. Oleh karena itu, sampah organik padat mempunyai potensi yang lebih besar untuk dijadikan energi alternative biomassa. Pernyataan di atas juga didukung dengan pemanfaatan sampah organik padat yang dijadikan sebagai precursor briket.


4.      Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di laboratorium fakultas teknik Universitas Islam Riau, dengan pengambilan sampel di wilayah kota Pekanbaru.

5.      Indicator Capaian
Briket yang telah diproduksi dihitung nilai keekonomiannya berdasarkan literature. Berdasarkan literature yang telah dilakukan dalam langkah indicator sebagai berikut :
1)      Dari data dinas keberesihan pertamanan ( DKP)  kota pekanbaru samapah yang di hasilkan dari konsumsi masyarakat pekanbaru  sekitar 109500  ton/tahun, dan dengan kondisi seperti ini  maka perluasan tanah untuk TPA 1,5 ha/tahun. 60 % dari sampah tersebut adalah organic yang dapat diolah menjadi briket maka dapt mengurangi masalah penumpukan sampah.
2)      Dengan pengolahan sampah organic menjadi briket diharapkan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat tumpukan sampah.  
3)      Dengan briket sampah organic, bahan bakar yang mahal seperti minyak tanah dan elpiji dapat dialihkan ke energy yang berasal dari briket dengan harga yang lebih murah
BAB IV
JADWAL PE            LAKSANAAN

NO
KEGIATAN
BULAN



1
2
3
4
5
6
1
Menentukan lokasi sampah organic






2
Membuat alat penghancur sampah






3
Mengumpulkan sampah organic






4
Menghancurkan sampah






5
Membuat alat pengering sampah






6
Mengeringkan precursor briket






7
Membuat alat pemadat precursor briket






8
Memadatkan precursor briket






9
Menghitung nilai kalori briket






10
Membuat laporan

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar