BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sampah merupakan konsekuensi dari adanya aktifitas manusia. Sejalan
dengan peningkatan penduduk dan gaya hidup sangat berpengaruh terhadap volume
sampah. Misalnya saja, kota Pekanbaru mengalami peningkatan sampah 3 ton/tahun mulai
tahun 2010-2012 (Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru).
Berdasarkan lahan yang disediakan oleh pemerintah
kota Pekanbaru sebagai tempat akhir pembuangan sampah yaitu seluas 9,7 ha. Luas
yang tersedia tidak mencukupi untuk menampung peningkatan volume sampah,
sehingga pemerintah kota terpaksa harus membuka lahan baru untuk tempat
penampungan akhir sampah (TPA). Dan ini merupakan pekerjaan berat bagi
pemerintah kota karena menyangkut pembebasan lahan.
Pada umumnya, sebagian sampah yang dihasilkan di
Pekanbaru merupakan sampah organik sebesar 60-70 % yang mudah terurai. Sampah
organik akan terdekomposisi dan dengan adanya limpasan air hujan terbentuk
lindi (air sampah) Yang akan mencemari sumber daya air baik air tanah maupun
permukaan sehingga mungkin saja sumur-sumur penduduk di sekitarnya ikut
tercemar. Lindi yang terbentuk dapat mengandung bibit penyakit pathogen seperti
: tipus, dan hepatitis. Selain itu ada kemungkinan lindi mengandung logam
berat, yang merupakan bahan beracun. Jika sampah-sampah tersebut tidak diolah,
maka menghasilkan tinggkat pencemaran lingkungan yang tinggi.
Dengan
bertambahnya sampah ini, selain memberi kesan negatif seperti yang di uraiakan
di atas, ia akan memberi nilai positf apabila dilakukan pengolahan terhadap sampah
tersebut. Dengan berpotensinya sampah
untuk diolah menjadi sesuatu yang bernilai ekonomis, hal ini lah yang mendorong
peneliti mengemukakan sebuah ide pengolahan sampah untuk dijadikan bahan bakar
yang disebut dengan briket organik. Penggunaan briket oleh masyarakat akan
mengurangi konsumsi terhadap bahan bakar fosil, karena kita tahu bahwa bahan bakar
fosil merupakan energi yang dapat menimbulkan efek rumah kaca yang juga
mengakibatkan global warming, hujan asam, rusaknya lapisan ozon dan bahan bakar
posil ini ia akan habis pada waktu
tertentu dan tidak dapat diperbaharui. Peneliti merancang tiga jenis teknologi untuk pengolahan samaph organik
menjadi briket, yaitu :
1.) Tekhnologi
penghancuran sampah menjadi butiran halus. Teknnologi ini dirancang dengan
pengguna konsep pencacahan dan penghalusan dengan menggunakan screw dan roller,
screw dan roller di gerakan menggunakan
motor listrik yang energinya berasal
dari panel surya, sehingga teknologi ini ramah lingkungan. Kapasitas alat ini
mamapu menghancurkan samaph organic sebanyak 4000 kg perhari.
2.) Tekhnologi
pengeringan butiran dan tekhnologi pemadatan untuk menghasilkan produk briket. Ketiga
tekhnologi yang dirancang ini menggunakan energi surya baik untuk proses
penghacuran, pengeringan dan pemadatan.
Sehingga teknologi ini merupakan tekhnologi ramah lingkungan.
Teknologi
pengeringan yang dapt mengeringkan 5,4 m3 butiran halus sampah dalam
satu hari. Teknologi ini adalah teknologi ramah lingkungan yang menggunakan
konsep pengeringan tenaga surya dengan luas
area pengeringan 150 cm x 75 cm.
Dengan proposal ini
dijangkakan permsalahan-permasalahan sampah dan mengatasi krisis energi akan
dapat teratasi.
I.2 Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian
ini adalah:
1.
Produksi
briket yang berbahan baku dari sampah organic.
2.
Mengurangi
permsalahn lahan pembuangan akhir dan pencemaran lingkungan.
3.
Mengurangi
penggunaan bahan bakar dari fosil